Tuesday, November 19, 2013

Surat Berbaikan




Sekali-kali aku mau menulis tentang  rasa sakit, galau kalau orang-orang menyebutnya sekarang. Aku  sering merasakan sakit tapi aku lebih memilih menguburnya atau pura-pura lupa padahal selalu terngiang. Aku ini orang yang cengeng sangat cengeng, bisa menangis mendengar lagu-lagu bernada sendu, sering menangis ketika seseorang menceritakan kepahitan, sering menangis karena takut kehilangan orang-orang yang disayang dan masih banyak tangisan-tangisan lainya. Aku baru saja bersedih. Beberapa hari yang lalu aku merasakan hal yang aneh dengan beberapa teman. Pada awalnya aku memilih diam walaupun aku tau tentu ada yang salah. Kala itu aku berpikir manusia memang tempatnya salah, salah itu wajar dan  aku berencana bertingkah biasa-biasa saja dan menganggap lupa. Ternyata tidak bisa, aku merasa geraku menjadi sangat terbatas, aku malas sekali menatap matanya karena pada saat itu aku sedang membencinya. Begitu juga dengan temanku yang satunya, orang ini susah sekali menatapku, terlihat ada amarah dan kebencian yang coba disembunyikan barangkali dia sedang membenciku.
Aku  tidak tahan pada kondisi ini, aku tidak mau hal ini menjadi semakin larut, bisa saja penyakit susah tidur dan tidak fokus menjalankan tugas yang aku derita disebabkan oleh hal ini, aku tidak mau. Baik, orang pertama aku coba sms dan aku memulai percakapan dengan meminta maaf dan mengutarakan hal yang menurutku mengganjal  ditutup dengan permintaan maaf lagi lalu selesai. Orang kedua: Aku meminta maaf dan percakapan mengalir dan melebar kesana sini. Disatu sisi aku melihat ada kemarahan yang besar dengan alasan yang menurutku susah sekali dicerna. Aku  sedih karena seketika aku sadar bahwa dia bukanlah orang yang suka memberi tau ketika dirinya tersakiti.  Pertayaanya lalu muncul, jangan-jangan selama ini aku telah menyakitinya dan baru sadar setelah sekian lama? Jangan-jangan selama ini aku banyak bertinteraksi dengan dirinya semuanya mengandung luka, luka yang bertumpuk dan semakin meradang?, Jangan jangan dan jangan jangan.
***
Hei teman minum susu, bagaimanapun kamu adalah orang yang paling baik. Disaat membencipun kamu bisa-bisanya berkelakuan manis dan bersikap baik. Kamu boleh memukul ku jika memang bisa meredakan kebencian itu tapi tolong jangan diam. Diam mungkin bisa membuatmu lupa pada saat itu tapi luka itu tertumpuk dibelakang dan menjadi amarah yang besar. Aku tau kenapa kamu semakin kurus (komentar banyak orang tentang dirimu)? karena kamu memikul semuanya. Aku tahu ada beberapa masalah besar yang sedang kamu hadapi.  Kemarin kamu bercerita tentang betapa usahamu saat ini dalam menghimpun tenaga, pikiran dan kesabaran untuk menghadapi masalah itu. Ditambah lagi luka-luka yang tidak bisa kamu toleransi sehingga membekas dan menambah bebanmu.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku mencoba tidak bersembunyi dan menghadapi masalah itu dan ternyata rasanya tidak begitu enak namun mau apa lagi yang seperti itulah yang sehat. Aku minta maaf sedalam-dalamnya hatiku, tidak ada maksud apa-apa. Bahkan kesalahan yang sangat melukai hatimu itu aku lakukan dalam rangka mekroscek keadaanmu dengan masalahmu, tidak ada niat apa-apa. Semuanya kusimpan dengan baik, ku kunci dengan rapi, begitu juga dengan rahasiamu. Tidak perlu kau menghawatirkan apapun, semua orang memiliki masalahnya masing-masing. Memaafkan kejadian kecil yang ada disekitar kehidupanmu merupakan salah satu cara mengurangi masalah. Sepertinya aku juga terlalu larut dalam kehidupanmu dan masalah-masalahmu. Padahal tidak semuanya aku mengerti, aku ini siapa? Juru selamat?.
Teman minum susu, janganlah kau simpan semua masalah yang berkeliaran disekitarmu. Jika kau tidak bisa menerima maka katakanlah jika tidak maka lupakan, jangan diingat-ingat jangan pula dipelihara nanti kamu tambah kurus.
 Ayok kita minum susu lagi…


No comments:

Post a Comment