Sunday, June 24, 2012

Ujian Yang Menyenangkan

oke, menjelang hari-hari akhir saya dalam menempuh perjuangan ujian akhir sekolah (UAS), saya tertimpa musibah. pada hari jum'at saya bangun kesiangan, melihat ke arah jam dinding ternyata saya sudah telat satu jam, mengingat susahya mengurus administratif dikala tidak mengikuti  ujian akhir berangkatlah saya ke kampus. pada saat tiba, masuk kedalam ruangan ternyata sudah ada salah satu mahasiswa yang keluar ruangan. walhasil saya tidak bisa mengikuti ujian.

sebenarnya hari itu termasuk hari yang sangat saya tunggu-tunggu. hari tersebut merupakan akhir pekan dimana saya bisa berleha-leha memanjakan badan saya. beberapa rencana sudah saya atur sedemikian mungkin untuk merayakan liburan akhir pekan di kala ujian semester. beli peralatan dapur, nonton film, bangun siang, karaoke, melaksanakan kewajiban sosial terhadap teman-teman yang membutuhkan (baca: traktir) dan masih banyak lagi. 

liburan akhir pekan saya jadi diisi dengan pertimbangan-pertimbangan menghadap dosen atau tidak. jika menghadap, saya tidak punya bukti yang kuat karena itu kesalahan saya sendiri berbeda dengan sakit, jika tidak menghadap ada dua kemungkinan pertama aman karena rata-rata orang yang tidak mengikuti UAS tidak keluar nilainya. namun ada beberapa yang dapat E atau D nah itu yang bikin saya frustasi sedikit.

tentu saya mengutuk kejadian tersebut, kejadian kecil yang menurut saya efeknya sama sekali tidak seimbang. saya ini bisa digolongkan sebagai orang yang apatis terhadap sistem. saya bukan orang yang tidak pernah masuk, tapi saya juga bukan orang aktif yang punya banyak pengalaman bersama dosen. jujur kejadian ini membuat saya sedikit berdag dig dug ria. 
saya merasa kembali kejaman SMA dulu dimana saya terbiasa menlanggar sesuatu dan disidang oleh guru-guru saya yang sangat menyeramkan.

banyak orang saya tanyakan mengenai kejadian ini, baiknya seperti apa. semakin bertanya saya semakin bingung. walaupu pada akhrinya jika menghadap saya juga malas bila di kasih tugas pengganti yang waktunya mendekati liburan seperti ini, jadi saya harus seperti apa saya juga masih bingung sampai saya menulis postingan ini .

anyway, sepertinya saya sedang diberi ujian, tuhan memang bisa saja membuat seseorang bingung sebingungnya dengan godaan atau candan kecil. disatu sisi saya mengutuk kebodohan yang saya perbuat, disatu sisi saya tersenyum karena saya mendapat kebaikan dari kejadian ini. ujian yang menyenangkan. ujian akhir sekolah saya saat ini lain dari pada biasanya. pertimbangan yang saya lakukan bukan lah masalah belajar dari sumber yang mana, bukan masalah belajar atau tidak. masalahnya adalah kenapa saya tidak bangun sedikit lebih pagi pada saat itu hahahaha. masalahnya apakah saya akan terus mencaci diri saya atau bangun dan mencari sesuatu yang bisa saya perjuangkan. 

pada saat ini saya pada akhirnya mengerti bahwa yang saya dapatkan saat ini adalah apa yang saya tabur dihari kemarin. terkadang pada saat mendapat ujian manusia sering mengkaitkan apa yang didapatkan dengan kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukan, kata orang karma. yaa dan saya juga mengaku dikala itu saya sedikit jahat dengan diri saya dan tuhan saya. ujian membuat tidur saya tidak teratur, terlalu terfokus pada kondisi setelah uas yaitu bersenang-senang terkadang sya menjalankan ujian saya dengan asal-asal dan juga mencampakan kewajiban saya terhadap tuhan.

Berkali-kali diri saya ini mengalami perintilan -perintilan hidup yang kadang membuat sedikit repot namun ketika masalah datang ada beberapa tradisi yang saya rindukan..
tradisi yang pertama adalah tradisi melihat masalah yang saya alami berubah menjadi kisah manis yang didalamnya menyimpan banyak kebaikan
tradisi berikutnya adalah tradisi menertawakan diri saya sendiri dan melihat betapa payah diri saya dalam menghadapi masalah tersebut, ujung-ujungnya saya hanya tertawa, menertawakan diri saya.
Terakhir adalah tradisi yang selalu membuat saya rindu dan tidak jera dalam mengalaminya yaitu melihat orang-orang yang saya sayangi berjibaku untuk membuat keadaan lebih baik. 


teringat teman-teman saya yang datang ke kos saya di hari H, mereka membangunkan saya sambil membawakan saya makanan cimol. beberapa ada yang menawarkan hingga beratus kali untuk menenmani saya mengurus keterlambatan saya. beberapa ada yang rutin mengirimi saya sms untuk memantau bagaimana kelanjutan dari kejadian tersebut.
mamah saya selalu menjadi orang yang merasa bersalah ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. kakak kedua saya seakan berusaha membuat saya relaks, kakak pertama saya memberikan kata-kata ajaib untuk merajuk si dosen. 
dukungan terakhir dari ayah saya yang menyuruh saya untuk tidak memikirkan masalah ini, menurutnya ujian selanjutnya lebih penting dari kasus ini, tertinggal sks pun menurutnya bukan masalah.
ah saya jadi tidak enak sejujurnya, begitu banyak orang-orang baik yang berada di sekitar saya. kuliah menurut saya adalah kewajiban yang harus saya pertanggung jawabkan terhadap saya sendiri dan orang tua saya.

 tradisi yang terakhir memang sangat kuat efeknya, dukungan yang mereka berikan sama halnya seperti gula yang diminum ketika sesudah menyantap jamu pahit. 

untuk kondisi seperti ini saya sulit menyatakan bahwa "sejatinya manusia adalah bergantung pada diri sendiri", walaupun dalam beberapa kasus lain istilah tersebut masih berlaku. 
berapa kalipun saya mentraktir mereka, rasanya tidak akan pernah cukup untuk mengimbangi kebaikan mereka, tapi saya tahu mereka tidak mencari itu, tidak mencari apa-apa.