Saturday, June 22, 2013

siapa kamu?

Ini penting menurut saya, makanya dimasukin di blog. Adalah bahwa dia siapa kamu akan mengapa. kontruksi manusia atau sosial itu terlalu jahat untuk diikuti, sudah banyak korbanya. Baris sebelumnya terlalu provokatif. saya coba bahasa yang lebih halus. kenapa halus? karena budaya kita halus? lalu setelah halus kenapa? merasa lebih berbudaya?. ya sudah lah. saya terlalu terbiasa mengikuti ekspetasi orang-orang disekitar saya. Bapak saya yang didalam darahnya ada setengah darah diktator. Kakak-kakak saya yang selalu saya jiplak pada akhirnya sekarang saya malah jadi bergantung dan jeleknya kakak saya juga merasa punya andil akan saya akhirnya apa-apa ya kadang salah. tidak apa-apa toh manusia harus berkompromi kan?. saya tidak fokus, yang ingin saya jelaskan disini adalah saya ingin menjauhi ekspetasi siapapun. Ekspetasi sayalah yang paling penting. Bukan ekspetasi orang-orang disekitar saya, bukan ekspektasi orang-orang kebanyakan.

Dalam doa saya kali ini saya ingin menjadi orang yang biasa saja. jangan diremehkan, biasa saja menurut saya adalah titik sulit dalam hidup  manusia. untuk mencapai kesitu harus merasakan dua titik biner yang terbalik dan berada ditengah-tengahnya.

"Tapi bukanlah sudah menjadi tabiat, Mereka yang tak siap kalah akan merasa terhina. Dan, yang lebih parah dari itu, Mereka yan tak siap menang akan merasa pantas bersikap pongah, Atau kalau perlu merayakan kemenangan dengan merendahkan yang kalah." Ikal Hidayat Noor.

Tuesday, June 18, 2013

Hirarki

Saya jadi ikut merinding bagaimana Ayu utami menjelaskan konsep hirarki dalam frame manusia pada salah satu novelnya. Tidak semua manusia dapat melihat sesamanya sebagai manusia, termasuk saya disini. 
Terlalu banyak peraturan yang dibuat oleh manusia baik secara tertulis maupun tidak yang menurut saya semakin membuat hidup sesak. Manusia memang perlu aturan, tidak bisa dibayangkan bagaimana hidup tanpa kesepakatan, kusut. Namun bagaimana dengan peraturan-peraturan yang tidak kasat mata? tidak tertulis? tidak tau sebab-musababnya dan dianggap harus dipenuhi oleh seluruh manusia tanpa terkecuali. Padahal semua orang tau tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya bisa dicari tidak bisa dimiliki. 

Peraturan-peraturan tidak kasat mata tersebut dapat kita sebut sebagai kontruksi manusia. Manusia dalam hidupnya memiliki banyak kepentingan. terkadang banyak usaha yang dilakukan untuk kepentingan tersebut, kepentinganya bisa pribadi bisa kepentingan bersama-sama. Menyedihkan jikalau banyak dari diri-diri yang seharusnya dapat merdeka harus dikepung dengan peraturan-peraturan kasat mata tersebut, terkadang alasanya sendiri masih janggal.

Ada si ganteng, baik, pintar, bermoral, berkuasa, gaul.
Ada si cantik, baik, tidak pintar, berkuasa dan kurang bergaul.
Ada si jelek, tidak baik, tidak pintar, tidak berkuasa, tidak bergaul dan tidak kaya.
Pertanyaanya apakah jenis yang terakhir masih bisa dikatakan sebagai manusia?

Bakat alami manusia adalah menilai dalam segala hal, menyisihkan manusia kedalam kelompok-kelompok tertentu. Kelompok superior, kelompok subordinat  dan kelompok biner. Kelompok ada yang diatas, ada yang dibawah dan ada yang ditengah-tengah. Ada kelompok baik, kelompok kurang baik, kelompok sangat baik dan kelompok tidak baik. Kesempurnaan pada akhirnya menjadi tujuan.

Saya melihat hirarki terjadi pada apa saja, manusia memang terbagi kedalam kelas-kelas tertentu dan hal tersebut bisa dijelaskan dengan banyak teori. Jangan heran jika pada akhirnya fenomena kw dan ori sangat membahana. Semua-muanya jadi mirip seperti  sepatu boots, hijaber, jaket jins, dan masih banyak lagi. 
hirarki, fenomena bagaimana manusia hidup. Tingkatan-tingkatan tersebut memproduksi makna dan menjadikan sebuah tanda. Tanda tersebut terus direproduksi oleh banyak manusia, sebagian tahu maknanya sebagian tidak.

"kenapa kita tertarik pada seseorang? karena ia tampan? karena tubuhnya bagus? karena ia pintar? karena ia kaya? karena ia berkuasa? karena ia terkenal? karena prestasinya? karena ia memberi keamanan? karena ia memberi kenyamanan? karena hitung-hitungan semua unsur itu? betapa menyedihkan. Sebab bagaimana dengan yang miskin, buruk rupa, kerempeng, bodoh, lemah dan bukan siapa-siapa?  tidak pantaskah mereka dicintai? tapi aku juga ngak bisa membayangkan harus pacaran dengan seseorang yang jelek, miskin, tolol, penyakitan dan belum tentu baik hati."   Ayu Utami, Pengakuan Eks Parasit Lajang.