Thursday, October 11, 2012

Selamat Datang

Selamat malam hari ini saya sangat senang karena besok hari jumat waktunya libur akhir pekan. selain akhir pekan rencananya besok jumat saya mau beli oven. ah.. akhirnya setelah menimbang berapa lama, menunggu subsidi dari mana-mana akhirnya..
kamar sudah saya bersihkan, perabotan sudah saya atur sedemikian rupa supaya muat, loyang dan berbagai penunjang lainya sudah saya beli dihari yang lalu. Saya sangat bersemangat, saya berharapa besok bisa menemui kegetiran yang seperti ini lagi. Salam.

Saturday, October 6, 2012

Selamat Jalan Bude



Saya sedang rindu dengan Bude saya. Waktu kecil saya sering menghabiskan akhir pekan dirumahnya. Sepupu-sepupu saya sangat menyenangkan mengajak bermain kesana kemari namun tak jarang juga beberapa kisah horor menjadi bumbu dalam kunjungan kami sekeluarga. Pada akhirnya sampai saat ini jika ingin kerumah beliau saya harus menutup mata karena melewati beberapa kuburan-kuburan china yang besar-besar. Trauma kisah-kisah menyeramkan memang membekas di komplek itu dan terkadang masih terbawa sampai sekarang.

Pada suatu hari saya mendengar bude saya bercerita bahwa dirinya harus berangkat pagi-pagi buta untuk menuju rumah sakit yang didalamnya Terdapat kantin miliknya. Setelah mendengar cerita tersebut lantas saya bertanya, “bude nggak takut ngelewatin kuburan china?” tanya saya. Bude  menjawab “enggak lah.. nanti kan kalo meninggal juga kita sendiri, nggak usah takut”. 

Kata-kata tersebut masih melekat di otak saya sampai sekarang.
Baru saja saya mendengar bude sudah meninggal, selamat jalan bude.. semoga diberi kemudahan dalam menempuh perjalanan selanjutnya. Bude orang yang sangat baik.

Tuesday, September 18, 2012

Mimpi Dan Teman-Temanya


Selalu ada jarak antara mimpi dan realitas, entah mengapa kedua hal tersebut jarang bisa berdamai untuk mewujudkan kebahagian seseorang. Seorang komedian, Louies CK mempunyai perumpaan yang menarik mengenai mimpi dan realita, “kalian ingin tahu bagaimana hidup anda akan terlihat indah? Caranya adalah bermimpilah untuk mempunyai hidup yang jelek, payah dan menjijikan”. Komedian tersebut seakan menggambarkan cara sederhana untuk mendamaikan antara mimpi dan realitas. Ingin mempunyai mimpi yang indah maka abaikan realitas sebaliknya jika ingin mempunyai realitas yang yang indah maka jangan coba-coba bermimpi yang indah.
Mimpi mengandung imajinasi didalamnya. Imajinasi yang meluap-luap terkadang tidak melulu menguntungkan. Saya ingat perkataan seorang pengelana yang mana ia tidak menakutkan suatu apapun kecuali imajinasi. Ia rela menyendiri dalam keadaan semengerikan apapun tapi ia sangat takut ketika imajinasinya sendiri yang mulai merongrong dirinya. Mungkin secara sederhana saya artikan ini seperti pikiran-pikaran yang tidak perlu dipirkan oleh seseorang namun dipikirkan, semacam pikiran tidak penting, sempitnya lagi negative thinking.
Saya teringat pada suatu kisah yang pernah Sitok Srengenge ceritakan mengenai mimpi, doa serta harapan. Dalam bukunya ada sebuah kisah mengenai Gadis Kecil Penjaga Bintang yang dikisahkan oleh Wikan Satriati. Seorang gadis kecil meminta kepada ibunya untuk dijelaskan mengenai doa. sang bunda lantas menggandeng tangan sang gadis kecil ke tepi pantai untuk melihat perahu yang tengah melaju ke arah matahari terbenam. Sang ibu meminta sang gadis untuk memerhatikan perahu tersebut. Perahu yang sedang berjalan tersebut semakin lama terlihat semakin kecil dan kemudian semakin tidak terlihat dan akhirnya menghilang. Sang ibu lantas berkata “apakah kamu percaya, jika kukatakan bahwa perahu itu tidak lenyap?.” Gadis kecil mengangguk. Ia membayangkan ada sebuah pelabuhan besar tempat perahu-perahu tersebut berlabuh. Lantas bunda melanjutkan “begitulah yang terjadi pada doa (harapan juga mimpi), kamu bisa saja menganggap doa serta harapan yang dipanjatkan menguap sia-sia, namun sesungguhnya doa itu sampai pada tuhan.”[1]
Berbeda lagi dengan Seno Gumira Adjidarma. Mimpi dan realitas ia terjemahkan kedalam puisi yang begitu cantik, seakan saling tumpang tindih.
 
"Hidup akhirnya memang jalan terus. Namun, mimpi juga jalan terus. Ketika menatap jalanan, aku berpikir tentang soal-soal lain. Aku sering bermimpi tentang hidup. Aku hidup dengan mimpi-mimpi. Apakah hidup, apakah mimpi. Apakah tidur apakah mati. Kalau aku tidur tanpa mimpi,maka aku istirahat dari hidup dan mimpi. Kalau aku mati, aku juga istirahat dari hidup dan mimpi. Tidur seperti mati. Aku selalu ingin tidur seperti orang mati, karena aku capek hidup dan capek mimpi. Hidup ini seperti perjalanan panjang yang melelahkan. Tapi aku belum mau mati."[2]
untuk saya sendiri bermimpi itu masih menjadi aktivitas paling mengasyikan. Terkadang saya menemukan tempat-tempat yang hanya bisa saya temui dalam mimpi. Otak saya memutar gambaran akan masa depan yang selalu saya buat indah dengan mata dan tangan yang saling gotong royong memasukan imajinasi-imajinasi baru yang sungguh melenakan. Berbicara realitas beda soal, Tentu saya masih menghargainya karena kedua hal tadi tidak bisa dipisahkan dan berdiri sendiri. Jujur realitas memang lebih sering saya ajak berdamai lantaran mimpi saya yang sering menclok kesana kemari. Dalam hal ini saya diajarkan untuk memaafkan diri saya sendiri, selanjutnya memulai lagi mimpi dan harapan baru dan dibangunkan dengan kenyataan lalu memaafkan diri lagi dan begitu seterusnya. Memang realitas sering digambarkan tidak mengenakan cenderung kejam namun saya tetap percaya cerita gadis kecil diatas. 





[1] Srengenge, Sitok. 2012. Cinta di Negeri Seribu Satu Tiran Kecil. Jakarta: Rajut Publising.
[2] Ajidarma, Seno Gumira. Atas Nama Malam, Kumpulan Cerpen.

Sunday, July 8, 2012

Jangan menilai

Jangan menilai, Jangan pernah sekalipun, bahkan dari hal-hal terkecil. Memang siapa berhak untuk menilai? Apakah tuhan? bukan kami manusia sama seperti yang lain. Kami manusia terbiasa menghakimi, Menilai sesuatu atau seseorang Mengamati sedalam-dalamnya lalu menempatkan penilaian tersebut sekenanya, Seenaknya. Bagi yang malas, Satu kali pengamatah digunakan untuk berbagai kasus.

Betapa ringanya hidup tanpa menilai diri sendiri, orang lain dan apapun itu. Lakukanlah apa yang ingin dilakukan tapi jangan memikirkanya terlalu dalam. Kerjakan apa yang bisa dikerjakaan saat ini. Terkadang manusia terlalu sibuk memikirkan apa yang harus dikerjakan besok, Terlalu tenggelam terhadap apa yang telah dialaminya, Terlalu fokus terhadap apa yang telah dilakukanya sampai lupa apa yang harus dikerjakan saat ini. seperti saya saat ini, seharusnya saya tidur, malam sudah berganti pagi.


Friday, July 6, 2012

Pemenang


Ada banyak sekali perlombaan yang hadir disekitar saya. Jujur saya masih bingung standart yang dipakai untuk menyatakan sesuatu atau seseorang sebagai pemenang. Untuk sekarang ini rasanya bersaing antara individu adalah hal yang menjijikan. Indikator yang dimiliki harus diperlebar lagi. Sekarang bukan masalah siapa melawan siapa, aku dibandingkan dia, aku dibandingkan mereka , aku dibandingkan engkau. Kompetitor yang nyata saat ini bagi saya adalah diri saya sendiri. Ingin sekali saya melawan rasa ingin menang yang ada dalam diri saya jika melakukan suatu hal. Saya sering tidak ingat bahwa terkadang seseorang baik dalam melakukan suatu hal dan terkadang lemah dalam melakukan sesuatu lainya. Jangan pernah menghitung, jangan membandingkan.. hal itu tidak akan menunjukan nilai yang sebenarnya pada seseorang.
Mata manusia terbatas dalam melihat, saya sering terjebak dalam penglihatan saya yang terlalu sempit. Bagi yang menginginkan kemenangan, silahkan ambil. Bagi saya saat ini kemenangan adalah bagaimana merayakan kekalahan.

Sunday, June 24, 2012

Ujian Yang Menyenangkan

oke, menjelang hari-hari akhir saya dalam menempuh perjuangan ujian akhir sekolah (UAS), saya tertimpa musibah. pada hari jum'at saya bangun kesiangan, melihat ke arah jam dinding ternyata saya sudah telat satu jam, mengingat susahya mengurus administratif dikala tidak mengikuti  ujian akhir berangkatlah saya ke kampus. pada saat tiba, masuk kedalam ruangan ternyata sudah ada salah satu mahasiswa yang keluar ruangan. walhasil saya tidak bisa mengikuti ujian.

sebenarnya hari itu termasuk hari yang sangat saya tunggu-tunggu. hari tersebut merupakan akhir pekan dimana saya bisa berleha-leha memanjakan badan saya. beberapa rencana sudah saya atur sedemikian mungkin untuk merayakan liburan akhir pekan di kala ujian semester. beli peralatan dapur, nonton film, bangun siang, karaoke, melaksanakan kewajiban sosial terhadap teman-teman yang membutuhkan (baca: traktir) dan masih banyak lagi. 

liburan akhir pekan saya jadi diisi dengan pertimbangan-pertimbangan menghadap dosen atau tidak. jika menghadap, saya tidak punya bukti yang kuat karena itu kesalahan saya sendiri berbeda dengan sakit, jika tidak menghadap ada dua kemungkinan pertama aman karena rata-rata orang yang tidak mengikuti UAS tidak keluar nilainya. namun ada beberapa yang dapat E atau D nah itu yang bikin saya frustasi sedikit.

tentu saya mengutuk kejadian tersebut, kejadian kecil yang menurut saya efeknya sama sekali tidak seimbang. saya ini bisa digolongkan sebagai orang yang apatis terhadap sistem. saya bukan orang yang tidak pernah masuk, tapi saya juga bukan orang aktif yang punya banyak pengalaman bersama dosen. jujur kejadian ini membuat saya sedikit berdag dig dug ria. 
saya merasa kembali kejaman SMA dulu dimana saya terbiasa menlanggar sesuatu dan disidang oleh guru-guru saya yang sangat menyeramkan.

banyak orang saya tanyakan mengenai kejadian ini, baiknya seperti apa. semakin bertanya saya semakin bingung. walaupu pada akhrinya jika menghadap saya juga malas bila di kasih tugas pengganti yang waktunya mendekati liburan seperti ini, jadi saya harus seperti apa saya juga masih bingung sampai saya menulis postingan ini .

anyway, sepertinya saya sedang diberi ujian, tuhan memang bisa saja membuat seseorang bingung sebingungnya dengan godaan atau candan kecil. disatu sisi saya mengutuk kebodohan yang saya perbuat, disatu sisi saya tersenyum karena saya mendapat kebaikan dari kejadian ini. ujian yang menyenangkan. ujian akhir sekolah saya saat ini lain dari pada biasanya. pertimbangan yang saya lakukan bukan lah masalah belajar dari sumber yang mana, bukan masalah belajar atau tidak. masalahnya adalah kenapa saya tidak bangun sedikit lebih pagi pada saat itu hahahaha. masalahnya apakah saya akan terus mencaci diri saya atau bangun dan mencari sesuatu yang bisa saya perjuangkan. 

pada saat ini saya pada akhirnya mengerti bahwa yang saya dapatkan saat ini adalah apa yang saya tabur dihari kemarin. terkadang pada saat mendapat ujian manusia sering mengkaitkan apa yang didapatkan dengan kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukan, kata orang karma. yaa dan saya juga mengaku dikala itu saya sedikit jahat dengan diri saya dan tuhan saya. ujian membuat tidur saya tidak teratur, terlalu terfokus pada kondisi setelah uas yaitu bersenang-senang terkadang sya menjalankan ujian saya dengan asal-asal dan juga mencampakan kewajiban saya terhadap tuhan.

Berkali-kali diri saya ini mengalami perintilan -perintilan hidup yang kadang membuat sedikit repot namun ketika masalah datang ada beberapa tradisi yang saya rindukan..
tradisi yang pertama adalah tradisi melihat masalah yang saya alami berubah menjadi kisah manis yang didalamnya menyimpan banyak kebaikan
tradisi berikutnya adalah tradisi menertawakan diri saya sendiri dan melihat betapa payah diri saya dalam menghadapi masalah tersebut, ujung-ujungnya saya hanya tertawa, menertawakan diri saya.
Terakhir adalah tradisi yang selalu membuat saya rindu dan tidak jera dalam mengalaminya yaitu melihat orang-orang yang saya sayangi berjibaku untuk membuat keadaan lebih baik. 


teringat teman-teman saya yang datang ke kos saya di hari H, mereka membangunkan saya sambil membawakan saya makanan cimol. beberapa ada yang menawarkan hingga beratus kali untuk menenmani saya mengurus keterlambatan saya. beberapa ada yang rutin mengirimi saya sms untuk memantau bagaimana kelanjutan dari kejadian tersebut.
mamah saya selalu menjadi orang yang merasa bersalah ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. kakak kedua saya seakan berusaha membuat saya relaks, kakak pertama saya memberikan kata-kata ajaib untuk merajuk si dosen. 
dukungan terakhir dari ayah saya yang menyuruh saya untuk tidak memikirkan masalah ini, menurutnya ujian selanjutnya lebih penting dari kasus ini, tertinggal sks pun menurutnya bukan masalah.
ah saya jadi tidak enak sejujurnya, begitu banyak orang-orang baik yang berada di sekitar saya. kuliah menurut saya adalah kewajiban yang harus saya pertanggung jawabkan terhadap saya sendiri dan orang tua saya.

 tradisi yang terakhir memang sangat kuat efeknya, dukungan yang mereka berikan sama halnya seperti gula yang diminum ketika sesudah menyantap jamu pahit. 

untuk kondisi seperti ini saya sulit menyatakan bahwa "sejatinya manusia adalah bergantung pada diri sendiri", walaupun dalam beberapa kasus lain istilah tersebut masih berlaku. 
berapa kalipun saya mentraktir mereka, rasanya tidak akan pernah cukup untuk mengimbangi kebaikan mereka, tapi saya tahu mereka tidak mencari itu, tidak mencari apa-apa.

Thursday, March 8, 2012

Sulit Untuk Tetap Marah ( American Beauty)

Narasi penutup dari film American beauty yang berhasil membuat saya ternganga dan terangguk-angguk.





"Kurasa aku bisa menjadi sangat marah karena apa yang telah terjadi padaku.
Tetapi sulit untuk tetap marah ketika ada begitu banyak keindahan didunia. 
kadang aku merasa seperti aku melihat semuanya sekaligus dan itu terlalu banyak.
hatiku seperti balon yang akan meledak, tapi kemudian aku ingat untuk bersantai dan berhenti berusaha untuk mempertahankanya. dan kemudian hal tersebut mengalir dalam diriku seperti hujan. 
aku tidak bisa merasakan apa- apa tetapi aku tetap bersyukur untuk setiap hal kecil dari hidupku yang singkat dan bodoh"