Thursday, May 19, 2011

Mari Tertawalah!

Saya selalu belajar untuk menjadi lucu, karena saya terlalu sering mengindentifikasi seseorang melalu sense of humournya.  Saya belajar menjadi lucu dari orang-orang yang bisa membuat saya tertawa. Bukan maksud apa-apa sebetulnya, tidak selalu orang yang tidak tertawa adalah orang yang kaku.. tapi mungkin mereka orang yang serius hahaha.
Entah kenapa dengan tertawa saya merasa jarak yang selama ini terciptakan bisa hilang seketika. Sesuatu yang lucu bisa menjadi obat terhadap rasa hambar pada kehidupan.  seperti bila bertemu orang baru ketika  mereka sudah bisa tertawa bersama-sama, ada suatu pertanda baik akan pertemuan selanjutnya dan menjadi signal bahwa pertemuan tadi menyenangkan.
Kejenakaan merupakan sudut pandang baru yang menawarkan sisi toleransi yang kuat dan terselubung. Orang berbicara dan terkadang susah di mengerti lantas bahasa universal yang bisa kita limpahkan adalah senyum atau tertawa. Kita bisa menghargai  orang-orang di sekitar  kita dengan sebuah tindakan yang mengisyarakatkan bahwa hal barusan tadi menyenangkan juga dengan tertawa.
Sesuatu yang rumit bila di tertawakan berangsur angsur bisa membaik menurut saya. Bila tidak percaya silahkan di coba,  bila sedang di rundung masalah yang sangat rumit, tertwalah! Sensasi berbeda akan ditemui.
Mungkin humor sering di identikan dengan kebodohan, tapi kalo yang saya lihat humor-humor bodoh tersebut adalah templete dari seperangkat humor yang telah disiapkan dan dipakai berulang-ulang. Cenderung bertahan sesaat karena  orang akan jenuh dengan sesuatu yang telah disiapkan, lekang oleh waktu. Humor yang segar adalah humor yang spontan. Dimana masing masing aktor bisa menimpali sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Sedikit gila mungkin namun bila di logika hal tersebut adalah  sangat rasional.
Tidak jarang saya lihat pelawak-pelawak sukses baik dalam atau luar negeri sebetulnya adalah orang-orang yang sangat pintar. Sangat peka dengan keadaan sekitar yang dialaminya saat itu. Mungkin kebanyakan dari mereka orang pintar yang sok bodoh. Bisa membodohi orang sehingga orang bisa tertawa.
Sesuatu hal yang lucu menurut saya juga sangat terpengaruh pada faktor-faktor kebiasaan. Kadang dalam susana yang sudah dilakukan berulang-ulang mereka mempunyai kebiasan dalam melucu. Setiap kelompok mempunya kebiasaan yang berbeda dan levelnya juga berbeda. Suatu pemandangan yang sangat umum bila kita memasuki komunitas baru terkadang suka merasa asing dengan apa yang menjadi guyonan mereka.
Seperti yang dikatakan diatas kadar rasa humor pada setiap orang atau individu juga berbeda-beda. Ada yang terlalu standar ketika di gunakan pada saat yang tidak tepat maka suasana garing akan menyapa. Ada yang terlalu autis bila saya menyebutnya karena hanya orang-terbatas yang bisa mengerti. Ada juga humor  sejuta umat, Humor yang bisa diterima semua kalangan, dan mereka bisa tertawa seketika mendengarkanya.  Saya sangat yakin humor sejuta umat itu , bukan sekedar humor kacangan yang gampang di lupakan. Namun humor yang bikin orang kembali memutar otak “hahahaha.. kok bisa? Iya..iyaa bener-bener!hahahaha”. seakan akan orang tidak pernah terpikir hal tersebut namun ada yang memikirkanya. 
Ya humor memang menuntut orang untuk peka, namun tidak di telan mentah-mentah. Hasil dari interpretasi otak di terjemahkan dengan sebuah kemasan yang ringan dan segar oleh sebab itu banyak orang yang menjadi senang dengan humor.
Mungkin ada pihak yang di rugikan dengan adanya humor. Selain menuntut kepekaan humor juga terkadang menuntut objek yang bisa menjadi bahan tertawaan. Menurut saya tidak ada masalah akan hal itu asal masing-masing individu tau takaran yang pas untuk takaran membully seseorang. Maksud saya humor atau celaan yang di lepaskan masih dalam kategori wajar sehingga tidak ada pihak yang di rugikan. Rasanya tidak nyaman juga bila kita tertawa bahagia bersama-sama namun ada satu pihak yang tidak ikut bahagia lantaran hatinya tersayat.  Bukan sebuah kesimpulan juga bahwa orang orang yang di tertawakan dalam konteks bercanda tadi adalah orang-orang yang hina.
Saya mungkin bisa dinobatkan menjadi objek tertawa orang-orang karena pertama saya sengaja melucu dan yang kedua badan saya adalah aset yang sangat mensupport saya untuk membuat orang terpingkal. Tapi bagi saya selain mencela dan di cela sudah menjadi rutinitas (dalam konteks bercanda), rasa-rasanya bisa melihat orang tertawa bahagia karena kita adalah sebuah kepuasan tersendiri. Kadang menjadi semangat untuk meneruskan banyolan selanjutnya.
Ya.. semua yang menyangkut dengan humor adalah sesuatu yang seksi menurut saya. Humor menawarkan warna-warna baru pada kehidupan. Bisa juga menjadi pemecah masalah, menjadi jawaban dan menjadi pelarian. Orang yang bertengkar bila masing-masing bisa tertawa pertanda perkelahian itu sudah usai. konflik yang terjadi di sekitar kita bisa berangsur-angsur melunak dengan adanya keakraban yang di ciptakan melalui humor. Masing-masing orang berlomba untuk membuat orang di sekitarnya senang,  mereka saling menghibur. Ada sebuah khawatiran akan pengakuan dari predikat lucu tersebut. Semoga orang-orang yang suka melucu di belahan dunia manapun punya niat mulia yang sama yaitu menghibur sesamanya. Mari tertawa ! :D

Harus Jadi Siapa?

Ingin bisa melakukan sesuatu dengan baik. 
Untuk menuju kesana apakah perlu meminjam dari seseorang?
Atau berpura-pura seperti orang lain?
Sesuatu yang alami sangat sehat bila dikonsusmsi,
walaupun terkadang rasanya masih belum sejajar
bila disandingkan dengan sesuatu yang populer disana. 
Sesuatu yang telah di anggap baik dan telah di amini banyak orang 
bukanlah jaminan akan menjadi hal yang baik untuk semua. 
‘Baik’ itu relatif dan sangat interpretatif, tergantung siapa yang menilai. 
Jangan sampai terjebak pada pola-pola yang telah ada.
Sesuatu yang fresh, orisinil, jujur sering menjadi jawaban 
atas keadaan-keadaan yang cenderung stagnan. 
Selalu ada kepercayaan bahwa setiap manusia berjuang dengan caranya masing-masing.

Rasa-rasanya

Ketika zaman-zaman saya sekolah dulu hidup dalam sebuah tekanan adalah hal yang sangat biasa. Dalam masa-masa itu dari setiap pribadi merasa fase tersebut adalah hal “terberat” yang pernah saya dan teman-teman lalui.  Banyak dari kita yang berjanji untuk membayarnya ketika masa-masa ditekan itu usai.
Sekarang kehidupan sesungguhnya mungkin sudah kami dapati. Semuanya bisa dilakukan. Apapun itu, melanggar norma sekalipun.  Anehnya rasa rindu pada masa “terberat” itu selalu muncul. Masa-masa di tekan yang melahirkan cara-cara baru untuk menciptakan, meniru dan mengerjakan sebuah pekerjaan yang entah bagaimana cara menyelesaikanya.
Mungkin untuk saat ini, entah pikiran saya yang sering gegabah atau kurang dewasa, saya lebih meilih untuk kembali pada masa-masa “terberat” tersebut. Kecewa dengan diri saya pribadi.
 Ketika berada di alam yang luas, yang bisa memberikan  apa saja namun  tetap pada posisi yang sama setiap harinya. Belum berbuat apa-apa mungkin belum tahu apa yang ingin di perbuat.