Manusia memang memiliki masalahnya,
entah dengan seseorang atau tanpa seseorang. Saya baru melihat orang kasmaran
rasa senangnya menyeruak sampai-sampai saya juga ikut senang. Saya pernah ingat bahwa saya pernah sangat
marah dengan keadaan dimana saya bersama seseorang dan saya merasa seseorang
yang bersama saya itu menurut saya tidak menginginkan saya lagi. Masalah menyeruak,
setiap hari kerjaan saya hanya menghitung, menghitung keburukan yang diberikan
pada saya, sungguh lelah. Akhirnya saya liat lagi bagaimana saya kemarin,
terlalu berlebihan. Memang ada fasenya dimana kita kasmaran dan besoknya rasa
itu berkurang, lalu kembali merasakan dicintai dengan cara yang lebih
bijaksana. Karena tidak bisa semuanya dipukul rata. Saya terlalu naïf.
Teman saya lagi kasmaran sungguh
menyenangkan, semua photo diganti jadi berdua, semua profil di perbarui dengan
perasaan bahagianya.status berisi seputar bagaimana cinta dapat membuat mereka melihat dunia lebih indah, bagaimana komitmen mereka untuk menjemput rasa kasih yang lebih dalam. Sepertinya semua orang ingin diberi tahu bahwa dirinya
sedang bahagia. Baiklah hal itu sungguh mengasyikan. Tapi memang menurut saya
belum ada perasaan bahagia yang mengalahkan perasaan menyayangi dan mencintai yang berbalas. Hal
itu mungkin yang melahirkan idiom ‘tai kucing bisa menjelma rasa cokelat’.
Ada rasa bahagia tentu ada juga rasa
sedih. Teman saya satu ada yang kasmaran satu lagi ada yang sedih, baru saja teman saya ini memutuskan untuk mengakhiri hubunganya, sayang sekali. Dinamika
yang mereka ciptakan selama ini yang menurut saya serupa dengan harmoni
mendadak berubah. Satu teman saya menunjukan betapa sedih dengan berakhirnya
hubungan satu lagi mungkin menyembunyikan dan berusaha mengalihkan hidupnya. Masing-masing
mempunyai argumenya dan seringnya saya lihat dalam pertengkaran pemain
didalamnya beristirahat pada rasa saling menyalahkan, saling hitung, saling
bebat dan akhirnya saling membenci. Tetapi kalau fase itu sudah lewat bukankah akan
ada kasmaran-kasmaran berikutnya?
Tapi saya tetap sedih kalo
membayangkan bagaimana perpisahan itu terjadi, tapi semoga saya tidak menjadi
bagian orang yang takut akan berpisah. Kadang manusia memang harus melepaskan
dan mempersilahkan kebaikan baru untuk datang. Semoga dari situ selalu ada
pelajaran. Ada temen saya berucap, teduh sekali, “kalo bergantung sama orang
semuanya bakal pergi du, bergantung sama tuhan aja, berharap sama tuhan aja”. Mungkin
merasakan jatuh cinta itu memang sebuah berkah tapi berharap cinta jauh dari rasa sakit itu ilusi menurut saya. Kalo kata sitok cinta itu setapak sama belati, tetapi
kenapa orang rela tersayat-sayat belati, rela terluka, jatuh bangun. Cinta
memang begitu membahagiakan sampai-samapi orang rela menunggu, rela menahan
sakit, rela berkorban, karena mungkin bahagianya cinta itu bisa menyeruak
kemana-mana, orang lain aja yang melihat bisa senang, apalagi yang merasakan?
Teruslah jatuh cinta kawan-kawan baik dengan yang ada atau yang baru. People so tired, multilated, either by love or no love.
No comments:
Post a Comment